1. BatuBara Gambut.
Gambut merupakan sedimen yang berasal dari bagian tanaman yang berkayu yang diubah dan ditransmutasikan secara biokimia oleh jamur di dalam air. Tidak seperti bagian-bagian berkayu yang terkubur dan dibentuk oleh panas dan tekanan bumi untuk waktu yang lama, zat kayu dan selulosa membusuk (terurai) di permukaan tanah, yang merupakan komponen utama pembentuk tumbuhan.
2. Batubara Muda
Batubara muda (lignit), batubara jenis bitumen, adalah batubara coklat kualitas rendah dengan kandungan karbon rendah, secara teori disebut lignit coklat. Lignit coklat merupakan batubara bitumen kering dengan kalori rendah sekitar 3000-4000 Kcal/kg, yang digunakan sebagai bahan bakar di beberapa tempat. Menyusut ketika dikeringkan, bagian berkayu lignit (serat kayu terlihat seperti diawetkan) terkelupas seperti piringan, dan batu bara lignit (bagian kecilnya terbuat dari batubara dan mineral) berubah menjadi serbuk dengan cepat karena pecah dengan tidak beraturan.
3. Batubara Bitumen.
Batubara bitumen adalah jenis batubara yang bersinar/berkilau dengan warna hitam atau gelap. Juga disebut batubara hitam, memiliki kilau atau resin yang bersinar. Batubara ini membuat pembakaran yang lama, dan menghasilkan asap yang berbau tidak mengenakkan ketika dibakar. Terdiri dari 80-90% karbon, 5-6% hidrogen. Kandungan hidrogen berkurang dan kandungan karbon meningkat sebagai akibat naiknya tingkat karbonisasi. Nilai kalori tinggi di atas 8100 Kcal/kg. Digunakan sebagai kokas (batu arang) pada industri baja atau bahan bakar di perkotaan. Belakangan ini, telah menjadi salah satu sumber daya paling penting dalam industri kimia batubara berkat banyaknya studi tentang penambahan dan gasifikasi hidrogen. Dinamakan batubara bitumen karena menghasilkan zat yang mirip dengan aspal (bitumen).
Antrasit adalah batu bara yang tidak menghasilkan asap apabila dibakar, karena berkarbonisasi dengan sangat baik. Pembakaran berlangsung singkat dan tidak menghasilkan asap saat dibakar, karena sangat sedikitnya unsur yang mudah menguap, dengan 3-7% dari tingkat penguapan, dan kandungan karbon yang sangat tinggi, dengan kandungan 85-95%. Meskipun tidak dibakar sampai titik pengapiannya 490 ℃, antrasit memiliki daya pemanasan yang sangat kuat, dan menghasilkan panas yang konstan selama dibakar. Hal ini sebagian besar dihasilkan pada zaman Paleozoikum, sedangkan beberapa batubara dari zaman Kenozoikum berubah menjadi antrasit karena metamorfosis yang dinamis atau panas disebabkan oleh perubahan bentuk (deformasi) kerak bumi atau batuan vulkanik secara terus menerus
No comments:
Post a Comment